Patung Partinah di Tengah Kolam Balekambang
Taman Seni & Budaya, Taman Botaniu, Taman Edukasi dan Rekreasi Kota Solo
Rabu, 30 Maret 2011
Rabu, 23 Maret 2011
Hari Air Sedunia, Anak-anak SD Menebar Bibit Ikan
Hari Air Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret, inisiatif peringatan tersebut tercetus pada Sidang Umum PBB ke 47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Jeneiro Brasil. Pada tahun 2008, dijadikan Tahun Sanitasi Internasional, sesuai dengan tema World Water Day yaitu sanitasi. Tujuan dari peringatan ini adalah menyadarkan kita akan pentingnya air bersih dan usaha untuk menyadarkan pengelolaan air bersih yang berkelanjutan. Mungkin pada saat ini kita masih bisa menikmati air bersih dengan cuma-cuma. Tapi bagaimana kondisi kita saat 20 tahun lagi atau 50 tahun lagi. Apakah kita masih bisa merasakan air bersih lagi.
Dalam memperingati Hari Air Sedunia ini di Taman Balekambang pada hari Selasa, 22 Maret 2011 lalu para siswa dari SD Al-Fattah Manahan Surakarta mengadakan kegiatan menebar bibit ikan. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak kelas III-VI yang berjumlah sekitar 300 siswa. Anak-anak SD ini melepas sekitar 900 bibit ikan di dua kolam Taman Balekambang. Jenis bibit ikan yang disebar antara lain nila, gurameh, dan tombro.
Anak-anak SD ini terlihat antusias melakukan kegiatan dalam rangka memperingati Hari Air ini. Dengan dibimbing beberapa staf pengajar mereka melepaskan bibit-bibit yang mereka bawa dengan kantong plastik berisi air. Dengan dilakukannya kegiatan ini diharapkan para generasi penerus yang masih berada dalam jenjang pendidikan dasar ini dapat memahami akan pentingnya menjaga lingkungan agar sumber-sumber air terjaga kelestariannya dan kelak generasi yang akan datang tetap bisa menikmati air bersih, karena air bersih memegang peranan yang sangat vital dalam semua lini kehidupan. (Ayu & Septi)
Clean Water for a Healty World (Air Bersih Untuk Dunia Sehat)
Senin, 14 Maret 2011
Sejarah Taman Balekambang
Taman Balekambang awalnya bernama Partin Tuin dan Partinah Bosch, yang dibangun oleh KGPAA Mangkunegoro VII tanggal 26 Oktober 1921. Karena rasa sayang beliau pada putri-putrinya GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta maka nama putrinya tersebut diabadikan sebagai nama taman.
Taman Balekambang dulunya dibagi menjadi 2 area
Beliau membangun Taman Balekambang dengan memadukan konsep Jawa dan Eropa, yang mana taman tersebut dibangun tidak hanya menciptakan unsur keindahan saja tapi ada unsur yang utama seperti
· Area yang dinamakan Partini Tuin atau Taman Air Partini berfungsi sebagai penampungan air untuk membersihkan atau menggelontor kotoran-kotoran sampah di dalam kota, dan juga sering digunakan untuk bermain perahu.
· Area yang kedua dinamakan Partinah Bosch atau Hutan Partinah yang merupakan koleksi tanaman langka seprti Kenari, Beringin putih, Beringin sungsang, apel coklat dsb. Partinah Bosch berfungsi sebagai berfungsi sebagai resapan dan paru-paru kota.
Waktu itu balekambang sering diguanakan tempat bersantai/ rekreasi khusus keluarga dan kerabat istana Mangkunegaran, baru pada era KGGPA Mangkunegoro VIII Taman Balekambang di buka untuk umum.
Sejak itu mulai diadakan hiburan untuk rakyat seperti Ketoprak lesung yaitu ketoprak yang diiringi dengan musik lesung dan berkembang sampai sekarang diiringi dengan gamelan.
Pada era tahun 70 an masuk pula hiburan Srimulat yang menelorkan beberapa seniman-seniman terkenal seperti Timbul, Gepeng, Djujuk, Nunung, Mamik Basuki dll.
Setelah Taman Balekambang di revitalisasi pada tahun 2008, disamping fungsi utamanya sebagai daerah resapan dan paru-paru kota juga diperuntukan sebagai public area atau ruang public yang dapat difungsikan sebagai Taman Seni & Budaya, Taman Botaniu, Taman Edukasi dan Taman Rekreasi.
Area Taman Balekambang seluas 9,8 Ha yang terletak di Jl. Balekambang no. 1 Surakarta dibuka untuk umum mulai pukul 07.00 – 18.00 WIB setiap hari.
Pengunjung dapat menyusuri jalan-jalan setapak dibawah rindangnya dan semilirnya pepohonan untukmengeliling taman, dan setalah capek berkeliling bisa duduk-duduk dikursi taman yang di desain unik sambil menikmati kicauan burung, canda beberapa ekor rusa yang jinak dan angsa putih layaknya yang dialami keluarga Puro Mangkunegaran dulu.
by: septiana sundari, ayu setyo.
by: septiana sundari, ayu setyo.
Langganan:
Postingan (Atom)